Internet mahluk yang menyeramkan?

Saya tidak pernah menyangka, sigana bener ieu tandana akhir jaman teh nya? Dunia seakan tanpa batas, tanpa dinding, tanpa ada yang menghalangi. Hasrat dan hajat manusia bisa disalurkan melalui internet. Oh inikah artinya dunia tanpa batas.

Dulu saya menyangka televisi adalah teknologi tercanggih sebagai ciri akhir jaman. Tapi setelah internet mulai ada, persepsi saya tentang tanda akhir jaman oge mulai beralih ke sini (adanya internet).

Oya, saya pernah baca suatu keterangan bahwa dunia tanpa batas adalah tandanya akhir jaman. Supaya interpretasi saya tentang ciri akhir jaman tidak menjadi kontroversi tolong disikapi dengan happy fun aza but it’s not just kidding (salah teu nulisna? Wekekekkk).

Apa perbedaan paling hakiki (haha.. maksakeun ieu mah) antara TV dan internet? Pada televisi yang terjadi adalah komunikasi satu arah. Artinya kita dipaksa menerima apapun informasi yang disajikan televisi (pokok namah siga di press pisan otak teh). Sedang di internet terjadi interaksi dua arah. Kita tidak hanya dijadikan sebagai penonton semata. Di internet, selain sebagai objek, kita pun menjadi pelaku yang bisa ikut memberikan kontribusi, misalnya pada berbagai forum, milis, iklan baris, blog, dan sebagainya. Semua itu telah sedemikian rupa menjamur.

Semua berbondong-bondong memasuki dunia maya, sebuah dunia yang parallel dengan dunia nyata. Dunia maya pun memiliki kehidupan sendiri sepertihalnya dunia nyata. Dia memiliki karakter kehidupannya sendiri. Di dunia maya terjadi percepatan perubahan (baik positif atau negatif) luar biasa dibanding dunia nyata. Kita tidak bisa membendung milyaran informasi terbaru yang datang dalam tempo yang hanya dalam hitungan jam bahkan detik.

Ada sebuah ungkapan “didiklah anakmu pada jamannya, jangan didik anakmu pada jamanmu. Jerooo...Bo! Jaman telah berubah, sobat. Tiap generasi punya jamannya masing-masing. Mari kita plesbek (teu apal nuliskeunna) sesaat ke belakang. Dulu saat orang tua kita belum mengenal mesin ketik, mereka mengikatkan ilmunya hanya pada lembaran kertas atau paling tidak pada sebuah buku tulis. Lalu ingat nggak sobat saat kita mengerjakan tugas-tugas kampus, terutama praktek fisika, hampir setiap hari kita “tuk-tek tuk-tek” mengerjakan laporan dengan sebuah mesin tik. Adapun komputer kelas 486 pada saat itu masih merupakan barang yang sangat jarang dari kita yang memiliki.

Sekarang, mungkin salah satunya gara-gara empat matanya si tukul, hampir setiap mahasiswa banyak yang menenteng laptop. Laptop pun bukan lagi menjadi sesuatu yang “WAH”. Apalagi sekarang banyak dijual laptop dengan harga bersaing alias murah (ceuk nu mampu mah). Malahan saya pernah membaca sebuah berita di internet bahwa dalam waktu dekat harga laptop akan murah meriah yaitu $75 (teuing pokok namah saha anu erek nyiptakeunna, saya poho deui).

So sobat, memasuki dunia maya mau tidak mau, bagi sebagian kalangan, harus mau. Trend terus berubah walaupun lambat tapi pasti. Saya masih yakin (untuk mengungkapkan kata berharap) suatu saat, internet bukan lagi menjadi mahluk yang mengerikan. Setiap orang bisa mengakses internet kapan dan dimana saja. Sebab seperti halnya handphone, kini hampir semua tingkatan masyarakat memegangnya, dari kota sampai desa.

Begitupun dengan internet. Ketika suatu hari saya pulang kampung ke Majalengka, saya melihat saudara sedang berasyik ria dengan Hpnya. Dan ketika saya dekati ternyata dia sedang mengakses internet. Dengan opera mini dan mig33 dia berselancar dan melakukan chat online. So, internet saat ini buka lagi hanya menjadi monopoli orang kota dan masyarakat kelas menengah ke atas.

Bersambung ...>>>(kalau saya tidak malas melanjutkan)

Posting by: eeng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar